Senin, 17 Agustus 2009

Sejarah = Syajarah


Ada perbedaan prinsipil tentang makna sejarah menurut pandangan orang Barat dan Islam. Dalam masyarakat sekuler, sejarah dipahami sebagai sebuah siklus yang mengalir secara alami. Tidak ada Tuhan dan tujuan di balik suatu kejadian. Di Barat, perjalanan sejarah ditentukan oleh faktor materi terutamanya, perkembangan ekonomi (Marxis, Hegel). Dari pandangan materialistis dan sekuler inilah Fukuyama melalui judul bukunya ‘the End of History’menyatakan bahwa kapitalisme liberal dan demokrasi adalah model terakhir dalam sejarah hidup manusia Barat.

Dalam Islam, sejarah bergerak karena adanya kehendak manusia bukan diatur oleh hukum alam. Sejarah diatur oleh hukum Tuhan. Hukum Tuhan ada dalam alam yang dalam Islam disebut kitab terbuka atau tak tertulis. Kita tidak bisa memahami kitab terbuka kecuali dibimbing oleh kitab tertulis yaitu Al-Qu’an. Meski sejarah diatur oleh hukum Tuhan, tapi Tuhan tidak menjadi bagian darinya karena Ia transenden. Manusia diberi kebebasan memilih jalan hidupnya (sejarahnya) karena manusia bukan benda mati, manusia diberi petunjuk dan janji, diberi akal dan kehendak.

Lagi dalam pandangan sekular materialistis sejarah berakhir di bumi. Manusia hidup sekali dan sesudah itu mati. Dalam Islam sejarah berakhir pada hari perhitungan dan berada di luar sejarah dalam pengertian sekuler itu.

Jadi, dalam Islam sejarah harus ditulis dengan menggunakan cara pandang historis dan normatif. Caranya dengan merekontruksi cara-cara pembuatan fakta sejarah, membayangkan apa yang terjadi. Selanjutnya menekankan perilaku manusia untuk merekontruksi dengan sepenuh makna kemanusiaannya. Dan terakhir, memberi penilaian berdasarkan pandangan hidp Islam.

Jadi, penulisan sejarah adalah sebuah proses penggambaran fakta manusia secara obyektif, tapi pada saat yang sama meletakkan obyek itu pada neraca konsep yang terdapat dalam realitas kitab Tuhan yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Maka sebagian kata sejarawan Yunani Dionysius of Halicarnassus (hidup 1 SM) benar bahwa sejarah adalah filsafat yang mengajarkan dengan contoh.

Sejarah sebagai sebuah contoh, dapat dikaji dalam firman Allah yang berbunyi “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu Ingat” (Ibrahim : 24-25).

Ini berarti bahwa sejarah dalam pandangan Islam bermula dari sebuah ajaran yang dipahami dan dikembangkan oleh manusia yang kemudian tumbuh seperti sebuah pohon, yakni kehidupan (Syajarah). Pohon itu kemudian memberikan manfaat (rahmat) atau buahnya kepada manusia dengan melalui hukum dan kehendak Tuhan. Jadi. Sejarah dalam pandangan Islam adalah interaksi antara nilai dan praktek kehidupan manusia yang dinaungi oleh kehendak dan hukum Tuhan. Itulah Syajarah yang tumbuh dan itulah sejarah yang hidup.

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

Wesnie Blog © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO